PENDIDIKAN YANG MEMBEBASKAN PENDIDIKAN YANG MEMBEBASKAN MANUSIA MELALUI BERPIKIR KREATIF DAN KONSTRUKTIVISTIK UNTUK SUATU PERUBAHAN
DOI:
https://doi.org/10.58983/jmurai.v1i1%20Juli.62Kata Kunci:
PT dan SD, SM dan Kreatif, KonstruktifAbstrak
Abstrak
Pendidikan merupakan faktor penting yang turut menentukan keberhasilan pembangunan suatu bangsa, sehingga mendorong lembaga swasta bersaing mendirikan Perguruan Tinggi (PT) baru, berupa Sekolah Tinggi, Universitas dan Akademi. Tujuannya adalah untuk membentuk manusia berilmu dan berkarakter. Namun, untuk meningkatkan mutu Perguruan Tinggi maupun Sekolah Tinggi, setiap lembaga pendidikan (program-program studi) dituntut untuk memenuhi persyaratan akreditasi, pemenuhan kepangkatan akademik dosen, meningkatkan materi pembelajaran dan metode pengajaran. Disamping itu, pengajar juga disibukkan tugas-tugas penunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi (seperti: memberi ceramah, terlibat dalam kegiatan organisasi lainnya) sehingga mereka melalaikan Standar kegiatan pelaksanaan pendidikan, Tata kelola pendidikan yang meliputi manajemen dan kepemimpinan institusi. Akibatnya, lulusan (output) PT rendah kualitasnya, rendah berkreasi dan rendah berinovasi. Keadaan seperti ini tentu ditelusuri berpangkal pada Jaminan kesejahteraan dan ekonomi di PT, Sistem Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Sebagai penyebab kegagalan mahasiswa di PT.
Ketika dibanding Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pada masa Pemerintahan Sementara Belanda di Papua dan masa-masa awal setelah pemerintahan Indonesia di Papua. Pendidikan Negeri maupun Pendidikan swasta yang diselenggarakan oleh lembaga gereja seperti Yayasan Pendidikan Kristen di Tanah Papua dan Yayasan Persekolahan Pendidikan Katholik di Tanah Papua, Yayasan Pendidikan Islam menciptakan dan menghasilkan anak-didik Papua di masa itu berkualitas dan berkarakter, yaitu berilmu dan beriman. Dari keadaan seperti ini lahirlah pertanyaan, Mengapa anak-anak Papua pada masa kini tidak berkualitas dan tidak berkarakter. Untuk meningkatkan kualitas dan berkarakter bagi anak-anak Papua dibutuhkan pendidikan yang berpikir kreatif dan konstruktif.
Referensi
Alwasilah, Chaedar (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Astuti, Palupi P (2017). Data Putus Sekolah dalam Kasus – kasus di Indonesia.
Jakarta : Kompas
Erari, Karel Phil (2006). Visi Theologia Kerajaan Allah: Upaya menemukan berteologia dalam GKI di Irian Jaya, dalam Dengan Segenap Hatimu. Jayapura : STT GKI dan Sinode GKI di Irian Jaya
Mamoribo, J (1971). Ketika Tertentu: Pelopor-pelopor GKI di Irian Barat. Djajapura: Sinode GKI di Irian Barat
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (2016). Undang-Undang Guru dan Dosen – Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen. Yogyakarta: Pustaka Mahardika
Rumainum, F.J.S (1966). Sepuluh Tahun GKI Sesudah seratus satu tahun Zending di Irian Barat. Sukarnapura: Kantor Sinode GKI
Sanjaya, Wina (2008). Strategi Pembelajaran. Berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Suparno, Paul (1997). Filsafat Konstruktivisme. Yogyakarta : Kanisius
Univ. Padjadjaran (2015). Materi prelium candidat doktor. Bandung : Pascasarjana (tidak dipublikasi)
Internet
Banyak masalah yang menghantui nasib pendidikan kita, dalam www.tribunnewa.com:2018.
Indeks kualitas pendidikan di Indonesia dalam www.identimes.com:2012
Mendikbud RI (Muhadjir Effendy). Tahun ini (2018) merupakan tahun pembenahan pendidikan, dalam www.kabar24.com. (30/1/2018)
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Hak Cipta (c) 2021 MURAI: Jurnal Papua Teologi Kontekstual
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama
- Cornelis Deda, PENDIDIKAN YANG MEMBEBASKAN PENDIDIKAN YANG MEMBEBASKAN MANUSIA MELALUI BERPIKIR KREATIF DAN KONSTRUKTIVISTIK UNTUK SUATU PERUBAHAN , MURAI: Jurnal Papua Teologi Konstekstual : Vol 1 No 1 Juli (2020): Jurnal Murai : Papua Teologi Kontekstual