Analisis Teologis Makna Ibadah Dalam Tradisi Ma’paundi Dalam Budaya Toraja

Theological Analysis of the Meaning of Worship in Ma'paundi Tradition in Toraja Culture

Penulis

  • Enrique Iglesias Tana Toraja

DOI:

https://doi.org/10.58983/jmurai.v5i2.133

Kata Kunci:

ma'paundi, ibadah, mantunu, sintesis, firman

Abstrak

Tulisan artikel ini menganalisis mengenai makna teologis peribadatan yang dilakukan dalam tradisi ma’paundi dalam kebudayaan orang Toraja. Ma’paundi adalah suatu tradisi kebudayaan orang Toraja yang termasuk ke dalam acara rambu solo’ sebab ini berkaitan dengan orang yang telah meninggal yang telah dikuburkan. Ma’paundi adalah acara rambu solo’ yang didalamnya dilakukan prosesi adat dan agama. Tradisi adat dan kebudayaan Toraja yaitu ma’paundi salah satunya adalah prosesi mantunu. Mantunu ini dilakukan lama setelah jenazah itu dikuburkan. Ma’paundi dalam arti bahasa indonesianya (mengikuti, menyusul yang kemudian atau setelahnya), maksudnya ialah prosesi ma’paundi dilakukan setelah jenazah orang yang telah meninggal sudah dikuburkan (dilamun). Selain dalam upacara dan tradisi secara adat dan budaya, dalam acara ma’paundi ini juga pada masa sekarang ini sudah dibarengi dengan adanya peribadatan. jadi prosesi budaya dan agama berbaur secara langsung dalam tradisi ma’paundi ini baik dalam kegiatan mengorbankan babi dan kerbau (Mantunu) maupun kegiatan ibadah yang dilakukan setelahnya. Ma’paundi adalah wujud rasa hormat dan penghargaan kepada orang yang telah meninggal dan secara peribadatan keluarga akan dikuatkan melalui firman yang disampaikan dalam ibadah. Orang yang sudah meninggal yang pada saat ia dikuburkan belum ada hewan yang dikorbankan (Tae’pa Dipantunuan), kemudian setelah beberapa waktu kemudian melalui kebersamaan keluarga (To Ma’rapu) dibuatlah tradisi ma’paundi ini untuk mengorbankan hewan yang pada saat jenazah dikuburkan belum ada hewan yang dikorbankan. Ma’paundi paundi punya banyak nilai dalam hal kebersamaan dan perdamaian, namun secara peribadatan ini masih menjadi tanda tanya, sebab ma’paundi adalah kegiatan budaya dan bukan kegiatan keagamaan. Tentu ini yang menjadi kajian utama dalam artikel ini bagaimana agama dapat masuk ke dalam sebuah tradisi budaya sehingga keduanya dapat berdialog (model sintesis) mengenai paham tentang kematian.

Referensi

Arif, Ahmad. Warga Bergerak: Catatan Kritis Pandemi Covid 19 Di Indonesia. Jakarta: KPG, 2023.

Bevans, Stephen B. Model-Model Teologi Kontekstual. Maumere: Ladalero, 2002.

Indra. Toraja Dan Penghormatan Terhadap Jenazah Hingga Maraknya Pencurian Mumi. Jakarta: Tempo Publishing, 2019.

Izaak, Sealthiel. Firman Hidup 66: Khotbah-Khotbah Penghiburan Dan Kekuatan Dalam Kedukaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

Kobong, Theodorus. Injil Dan Tongkonan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Panuntun, Daniel Fajar. Seni Dan Kepemimpinan. Bandung: CV. Feniks Muda Sejahtera, 2021.

Roxana Waterson. Paths and Rivers: Sa’dan Toraja Society in Transformation. Netherlands: KITLV Press Leiden, 2009.

Susanta, Deflit Dujerslaim Lilo dan Yohanes Krismantyo. Penguatan Moderasi Beragama. Yogyakarta: PT Kanisius, 2023.

Timbang, Yekhonya F.T. Bunga Rampai Teologi Kontekstual & Kearifan Lokal Toraja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2020.

Wijaya, Ferry Sutrisna. Retret Ekologi Toraja. Makassar: Pustaka KSP Kreatif, 2023.

Diterbitkan

2024-07-25

Cara Mengutip

Iglesias, E. (2024). Analisis Teologis Makna Ibadah Dalam Tradisi Ma’paundi Dalam Budaya Toraja: Theological Analysis of the Meaning of Worship in Ma’paundi Tradition in Toraja Culture. MURAI: Jurnal Papua Teologi Konstekstual , 5(2 Juli), 86-94. https://doi.org/10.58983/jmurai.v5i2.133